Ini bukan kali pertama aku dirawat di rumah sakit. Ya, ini adalah yang kedua kalinya, setelah sebelumnya aku juga pernah dirawat di rumah sakit dengan sebab yang sama, yaitu demam berdarah. Dulu, waktu aku kelas satu SD, aku harus dirawat di rumah sakit karena demam berdarah selama satu minggu. Tetapi yang ini terasa lebih menyiksa.
Sebenarnya, setelah diingat-ingat, aku memang sudah merasa tidak enak badan seminggu sebelum dirawat. Tapi aku mengabaikannya, dan merasa mungkin hanya karena kecapean. Saat itu aku hanya memilih mengonsumsi vitamin C. Kebetulan minggu itu cukup sibuk *sibuk bermain hahaha.. Senin dan Selasa ada pesantren di aula, dari pagi sampai menjelang sore. Hari Rabunya, aku dan teman satu kelompok bolak-balik Fakultas Hukum untuk keperluan tugas. Jarak antara fakultas Hukum dan kampus utama tidak terlalu jauh sebenarnya, tapi aku sudah merasa lelah dan lagi-lagi merasa tidak sadar diri. Aku pikir, mungkin itu hanya karena saat itu siang hari, udara sedang panas dan wajar saja kalau aku kelelahan. Sorenya, aku malah main ke PVJ sama Lita, Ayy2 dan Tari, sampai malam. Jam setengah 8 aku baru sampai rumah, malem-malem pulang dengan mengendarai motor.hahaha.. Kamisnya, aku balik lagi ke fakultas hukum bersama Anggi dan Laras. Kali ini tidak lama, karena kami hanya perlu mengobservasi sebentar. Sebelum tengah hari kami sudah selesai dan memutuskan untuk ke BIP. Setelah jalan-jalan bersama Anggi dan Laras di BIP, aku pun melanjutkan main dengan Deffi, masih di tempat yang sama yaitu BIP. Sampai sore, aku baru pulang setelah sebelumnya mengambil motor di kampus dan aku pun lagi-lagi pulang dengan mengendarai motor. Dan sebelum pulang aku menyempatkan diri ke Griya untuk membeli beberapa perlengkapan yang diperlukan untuk pesantren di Ciburial keesokan harinya.. Menjelang magrib aku tiba di rumah.
Dan keesokan harinya, Jumat.. Jeng jengg.. Bangun tidur pagi badan aku ngilu semuanya. Sampai siang badan aku rasanya dingin, seperti meriang. Aku tanya sama Dila, apakah dia merasa dingin dan dia menjawab tidak. Aku mulai curiga ada yang tidak beres dengan badanku. Tapi lagi-lagi aku bandel, mengabaikannya dan tidak menganggap itu sebagai suatu penyakit. Aku pikir, paling-paling cuma masuk angin, ntar juga sembuh. Dan lagi, aku malah minum vitamin C. Aku juga tidak mau bilang pada ibu dan ayah dengan dua alasan, yang pertama takut dimarahi karena memang aku nyaris tidak bisa menjaga badan dan makan buah, dan yang kedua, karena takut tidak boleh ikut pesantren. hhaa -___-"
Tetapi semakin siang aku semakin tidak bisa menyembunyikan lagi. Aku muntah di depan ibu daaannn ketauan lah -__-"
Beruntung karena aku masih diijinkan pesantren dengan dibekali obat penurun demam dan minyak angin. Aku pun berangkat.Aku menjalani hari-hari di pesantren dengan kondisi badan yang benar-benar lemah. Aku baru pertama kali merasa selemah itu, bahkan aku beberapa nyaris terjatuh ketika menaiki anak tangga. Untunglah saat itu ada Ayy2 yang menangkapku dari belakang dan memegangiku sampai ke atas, jika tidak mungkin aku sudah menggelinding jatuh ke bawah. naudzubillah. Semakin hari badanku semakin panas saat itu. Obat penurun panas yang dibawakan ibu rasanya tidak mempan. Tolak angin yang dibawakan Deffi juga rasanya tidak mempan. Aku mengonsumsi dua obat sekaligus, obat penurun panas dan tolak angin plus membalur hampir semua badanku dengan minyak angin tapi rasanya tidak membantu. Teman-temanku bilang, saking panasnya, muka aku sampai merah seperti udang rebus. Aku sendiri sudah tidak peduli bagaimana penampilanku saat itu. Hei, tau tidak? Aku tidak mandi selama 3 hari 2 malam di pesantren ! Setelan yang aku gunakan selalu sama. Kaos lengan panjang dilapis jaket dilapis almamater (tapi aku tetap merasa kedinginan, padahal temen-temen di sekitar aku cuma pake kaos lengan pendek plus almamater udah kipas-kipas kegerahan). Aku juga nyaris ga ngaca, meskipun di kamar ada kaca yang gede, tapi rasanya males banget ngaca. Aku hanya ngaca ketika sedang memakai jilbab dan itu pun ngasal banget.
Selain tidak mandi, aku juga tidak belajar sama sekali. Sejak hari pertama, teman-teman sudah sibuk mempersiapkan materi ceramah yang akan dibawakan saat di kelas pada hari kedua. Aku? 10 menit sebelum kelas berlangsung baru sibuk nyari bahan ceramah, lalu ngebut ngarang-ngarang, menulis point penting isi ceramah daaaaannn 20 menit kemudian nama aku dipanggil di saat aku baru aja ketiduran di kelas. Ya, berhubung posisi dosen duduk di bangku paling belakang, aku yang duduk di rada depan malah tidur waktu temen sekelasku menyampaikan ceramahnya di depan kelas*maafkan aku teman-teman, maklum lagi ga enak body wkwk..
Selain tidak mandi, aku juga tidak belajar sama sekali. Sejak hari pertama, teman-teman sudah sibuk mempersiapkan materi ceramah yang akan dibawakan saat di kelas pada hari kedua. Aku? 10 menit sebelum kelas berlangsung baru sibuk nyari bahan ceramah, lalu ngebut ngarang-ngarang, menulis point penting isi ceramah daaaaannn 20 menit kemudian nama aku dipanggil di saat aku baru aja ketiduran di kelas. Ya, berhubung posisi dosen duduk di bangku paling belakang, aku yang duduk di rada depan malah tidur waktu temen sekelasku menyampaikan ceramahnya di depan kelas*maafkan aku teman-teman, maklum lagi ga enak body wkwk..
Alhamdulillah, di hari ketiga badanku udah mulai enakan. Masih panas sih, tapi rasanya udah enakan. Meskipun udah rada enakan, tidak berarti aku bisa mengerjakan soal ujian dengan baik. Aku ngisi jawaban ngasal karena memang sudah tidak tau lagi jawabannya apa karena aku tidak belajar. Aku hanya berharap, semoga aku lulus pesantren agar tidak perlu mengulang. Apapun nilainya akan kusyukuri hehe. Pulang dari pesantren aku mandi plus keramas. Ahhh segaar ! Dan sorenya, badanku kembali panas. Akhirnya mau tidak mau, aku ke dokter. Sang dokter memberi obat dan menawarkan aku untuk cek darah, karena curiga aku terkena tipus atau demam berdarah.Tapi akhirnya aku memutuskan untuk cek darah besok, dengan harapan barangkali demamku akan turun malam ini.
Okee, sampai keesokan harinya ternyata demamnya tidak juga turun. Akhirnya aku pun cek darah. Dua jam kemudian hasilnya keluar dan menyatakan bahwa aku positif demam berdarah disertai gejala tipus. Appaa? Aku shock bukan kepalang karena ngeborong dua sekaligus. Dokter mengijinkan aku untuk tidak dirawat di rumah sakit, dengan catatan, aku harus banyak minum dan kembali besok untuk cek darah lagi. Jika besok trombositku tidak mengalami kenaikan, maka aku harus dirawat di rumah sakit. Aku pun setuju. Pulangnya, ayah membelikanku ini itu, termasuk sari kurma yang kata banyak orang bermanfaat untuk menaikkan trombosit. Di rumah, aku minum banyak air putih sampai-sampai aku mual dan rasanya ingin muntah saking kembungnya. Aku juga bolak-balik kamar mandi nyaris satu jam sekali.
Besoknya, aku kembali cek darah dan berharap besar hasilnya tidak mengharuskan aku untuk dirawat di rumah sakit. Dan ternyata, trombositnya malah turun.Itu artinya aku harus dirawat di rumah sakit, tidak ada tawar menawar lagi. Singkat cerita, aku sudah sampai di rumah sakit Al Islam, kamar 407. Untuk pertama kalinya aku diinfus, di tangan sebelah kanan.Jadi, tangan kananku otomatis tidak bisa bekerja banyak.Sorenya, aku kedatangan tamu. Ada Deffi, Anggi, Fajri, Intan, Lita, Laras dan Desty menjengukku. Senangnyaa, rasanya mereka cukup menghibur. Dan keesokan harinya Aci bersama mas Dika datang juga.. Waahh.. Terimakasih semuanya. Love you much :*
Hari keempat kak Anis datang dan langsung diberikan tugas menemaniku satu malam hehe.. Dan hari kelimanya, saudara-saudaraku di Jakarta datang menjenguk. Mereka datang tanpa bilang-bilang dulu (katanya sih mau surprise haha). Ada empat keluarga, berada dalam dua mobil berdesak-desakkan datang ke Bandung. Huwaa, sungguh terharu :')
Terlepas dari segala bentuk perhatian orang-orang di sekelilingku, berada di rumah sakit itu rasanyaaa.. tidak enak. Benar-benar tidak enak. Aku sempat beberapa kali ingin menangis. Sakit itu benar-benar tidak enak dan disitu aku merasakan bahwa nikmat sehat begitu berharga. Ketika sakit, makan pun (suatu kegiatan yang tadinya sangat aku sukai) adalah sebuah perjuangan. Aku harus berjuang memasukkan makanan (yang sama sekali tidak ada rasanya, menurutku) ke dalam mulut, mengunyahnya dan berusaha mempertahankan makanan itu agar tetap aman di perutku sekalipun rasanya muaaallll sekali dan ingin muntah. Bicara tentang makanan, hmm... Rasanya apa yang tidak aku suka ada disana. Pertama, aku tidak suka nasi lembek dan disana aku harus makan nasi tim (nasi tapi lembeeekk banget). Kedua, aku tidak suka nasi yang terlalu banyak kuah, dan disana selalu ada kuah (bayangkan, nasi udah lembek dikasih kuah. huaaa ). Ketiga, bagiku makanan yang enak adalah makanan yang ada rasa pedas atau asinnya, dan disana keduanya tidak ada.. Yang ada yaa ga ada rasaa.. Aku kemudian berpikir, "Kenapa makanan yang ga aku suka pada ada disini? Cuma kurang satu, strawberry..". Dan kau tau apaaa... Di suatu sore ada potongan strawberry di atas snack yang harus aku makan. Tidaaakkkk, lengkap sudah :((
Rasanya tersiksa sekali. Setiap makan, aku berusaha menghibur diri dengan membayangkan dan berkata pada diriku sendiri bahwa makanan yang masuk ke mulutku itu adalah bakso, nasi goreng, ayam tulang lunak atau apalah itu yang bisa membuatku bergairah untuk makan.Dan itu sedikit membantu ternyata. wkwk..
Itu soal makan. Hal lain yang membuatku paling tersiksa adalah setiap kali ke kamar mandi, baik buang air kecil ataupun besar. Aku kesulitan menggunakan satu tangan, yaitu tangan kiri di kamar mandi. Percaya tidak setiap kali buang air besar di kamar mandi aku ingin nangis karena kerepotan menggunakan tangan kiri, sementara tangan kanan masih terhubung selang infus (baru nyadar ternyata aku tuh cengeng banget hheu). Aku juga harus menjaga tangan kananku agar tidak terlalu banyak gerakan karena jika tidak, darah akan mengalir naik ke selang infus. Dan jika sudah begitu, aku akan panik bukan kepalang karena merinding ngeliat darah.. Oiya, di hari keempat untuk pertama kalinya aku menggunakan pispot. Ini atas saran suster, karena melihat tensiku yang seringkali naik turun. Suster bilang mungkin karena aku kecapean bolak-balik hampir setiap dua jam sekali buang air kecil ke kamar mandi. Jadi aku tidak boleh terlalu banyak aktivitas agar tensiku stabil. Okee aku nurut :(
Aku pikir mungkin aku hanya perlu dirawat sekitar 3 hari.Tapi ternyata hingga hari ketiga di rumah sakit justru itu adalah masa-masa trombositku terus turun dan turun hingga mencapai angka 40.000. Haahh, kalau diingat-ingat saat itu rasanya bosan sekali. Aku benar-benar tidak betah, ingin cepet-cepet sehat dan pulang ke rumah dan bisa kembali beredar di kampus. Apalagi aku meninggalkan tugas Kapsel yang seharusnya saat itu sudah mulai aku kerjakan bersama Anggi dan Laras. Maafkan teman teman :(
Melihat kondisiku demikian, ayah dan kak anis pun mencari daun ubi jalar, yang kata banyak orang cukup ampuh untuk menaikkan trombosit. Akhirnya dapat. Ayah bahkan harus mencari daun itu di kebun milik orang di daerah Caringin Tilu. Makasih ayah, makasih kakak ^^
Daun ubi jalar itu direbus, dan air rebusannya aku minum. Keesokannya, trombositku naik. Wallahu'alam itu karena apa. Apakah karena sari kurma, karena rebusan duan ubi jalar, atau karena memang sudah waktunya tapi yang jelas ini karena ijin Allah.. Terimakasih Allah.. :)
Daun ubi jalar itu direbus, dan air rebusannya aku minum. Keesokannya, trombositku naik. Wallahu'alam itu karena apa. Apakah karena sari kurma, karena rebusan duan ubi jalar, atau karena memang sudah waktunya tapi yang jelas ini karena ijin Allah.. Terimakasih Allah.. :)
Di hari keenam aku diijinkan pulang. Alhamdulillahi Robbil 'Alaamiin.. Rasanya senaaaaaaanggg bukan kepalang ! Rumah sendiri itu benar-benar home sweet home yaa.. Walaupun rumahku tidak memakai AC seperti di rumah sakit, tapi rasanya jauhhhh lebih enak dan nyamaan rumah sendiri.
Hmm.. Ini harus menjadi pelajaran untukku. Aku akui, daya tahan tubuhku memang lemah. Aku termasuk orang yang gampang terkena penyakit, seperti contoh kecilnya saja sakit batuk dan pilek. Berada di dekat orang yang sedang batuk atau pilek selama beberapa jam saja bisa membuatku ketularan. Itu menandakan daya tahan tubuhku yang memang lemah. Ini diperparah juga oleh kemalasanku berolahraga. Dalam sebulan, aku olahraga satu kali aja itu sudah merupakan suatu keajaiban*haha, dasar males banget -___-"
Selain itu aku juga males minum susu, males makan buah sekalipun kedua hal itu selalu tersedia. Ibu sering beli susu dan sampe kadaluarsa susunya belum habis juga karena aku males minum. Begitu juga dengan buah. Ayah sering beli buah, sampe buahnya mengkertu saking kelamaan disimpen di kulkas. Mungkin Allah ingin menegurku, karena mungkin aku terlalu sombong. Sudah dikasih rejeki bisa beli susu dan buah tapi aku malah hambur-hambur tidak memakannya. Padahal mungkin di luar sana banyak orang yang ingin membeli susu tapi tidak mampu. Sementara aku sudah bisa beli susu tapi ga diminum. Astaghfirullah. Karena itu lah, mulai saat ini aku ingin rajin minum susu, rajin makan buah, dan hmmm.. minimal sebulan dua kali olahraga, apapun itu. Jalan kaki, main bulutangkis, naik sepeda atau apalah, yang penting gerak badan hehe. Siapapun kamu, kalau kenal aku. Kalau aku lupa dan mulai mangkir sama niatku ini, maka tolong ingatkan aku, bahwa aku pernah merasakan sakit yang tidak enak seperti kemarin dan pernah berjanji untuk berusaha menjaga badan.
Terimakasih atas bantuannya.
:)
delapanaprilduaribuduabelas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar