Minggu, 21 Juli 2013

Cita-citaku Setinggi Tanah*film*

Hari ini aku nonton film di MNC TV. Tumben banget aku nonton stasiun TV ini, hehe.. Sejujurnya ini pertama kali aku nonton film di stasiun TV ini.. Tapi hari ini, ga sengaja pas lagi ganti-ganti channel, tibalah aku di channel MNC TV dan lagi tayanglah seorang anak laki-laki, mungkin kelas 5 SD yang lagi nerima uang. Entah kenapa aku pengen lanjut nonton dan akhirnya aku ikutin lah jalan ceritanya, pas iklan ditungguin, pokoknya bener-bener nonton kayak aku lagi nonton acara gosip pagi atau FTV hahaha.

Ceritanya sedih deh dan menginspirasi. Judulnya "Cita-citaku Setinggi Tanah". Setting nya di daerah Jawa gitu.. Aku ga nonton dari awal sih hehe. Tapi yang aku tangkep, ceritanya tentang anak laki-laki, bernama Agus yang ngumpulin uang. Dia bekerja, bantu-bantu jadi pengantar pesanan jualan orang gitu. Setiap hari dia dibayar atas pekerjaannya dan hasilnya selalu ditabung di dalam celengan kayu yang bentuknya panjang (pernah liat celengan kayu jadul? ya gitu deh kira-kira bentuknya). Ga ada yang tau tentang tabungannya, termasuk orangtuanya sendiri dan dia ga pernah minta uang dari orangtuanya untuk menuhin celengannya itu. Suatu hari celengannya udah penuh dan dia pengen pake uang itu untuk bikin kerajinan topi raja dan makan di restoran Padang. Pertama, dia berencana bikin topi ala raja tapi dari kertas yang ditempel manik-manik. Untuk itu, dia minta tolong sama temen perempuannya, Mei, yang bercita-cita jadi artis/model terkenal. Akhirnya topi raja udah rampung. Agus seneng banget. Beberapa kali dia coba pake topi itu sambil senyum-senyum di kaca.

Di satu malam, saat Agus lagi ngitungin uang sambil senyum-senyum di kamarnya. Tiba-tiba ada ngetuk pintu kamar, dan dia pun gelagapan. Dia langsung buru-buru masukin semua uangnya ke dalam kantong plastik. Ternyata yang ngetuk pintu itu ibunya. Ibunya nyuruh Agus untuk nimba air di sumur, karena air akan dipake ayahnya untuk mandi. Agus pun nurut. Pas ibunya keluar kamar, dia langsung ngeluarin kantong uang yang tadi disembunyiin di bawah bantal dan sekali lagi ngeliat kantong uangnya sambil senyum, kemudian mendekap kantong uang itu dan membawanya keluar. Waktu Agus mau nimba air, kantong uang ditaro di pinggiran sumur. Ehh malangnya pas dia nyemplungin ember ke sumur, kantong uang itu pun ikut nyebur ke sumur gara-gara kesenggol tali. Agus sedih bukan kepalang (aku juga yang nonton sedih banget). Kebayang udah cape-cape tiap pulang sekolah dia kerja buat ngumpulin uang. Baju raja belum jadi, tapi uang udah raib ditelan air sumur. Dia pun menangis dan pasrah..

Agus masih sedih dan duduk nyender di depan rumahnya. Datanglah seorang bapak (gatau siapa, yang jelas bukan bapaknya. kayaknya sih tetangganya), dan nanya kenapa dia cemberut dan keliatan sedih. Agus bilang gapapa.. Si bapak itu pun bilang yang intinya, bahwa setiap orang itu udah punya rejeki dan ga perlu kuatir soal itu. Trus Agus keceplosan ngomong, "Bagaimana bisa? Wong rejekiku baru saja pergi". Si bapak tadi senyum dan bilang, "Rejeki itu tidak pernah pergi, ia hanya menunggu waktu untuk kembali". Bapak itu lalu pergi, gatau kemana.

Hari berikutnya, Agus masih bersedih. Dia duduk di kamar sendirian. Masuklah neneknya yang udah beberapa hari datang ke rumahnya dan sekarang mau pamit pulang. Singkat cerita, sebelum pulang sang nenek menggenggamkan sejumlah uang ke tangan Agus. Agus kaget, seneng kemudian menangis sambil meluk sang nenek dan inget sama kata-kata bapak tua kemaren. Dia bersyukur bukan main.

Di akhir cerita, aku baru tau kenapa Agus sedih banget pas uangnya jatoh. Aku pikir dia mau bikin kerajinan baju raja buat tugas sekolah. Ternyata engga. Jadi ternyataaa, guru di sekolahnya tuh ngasih tugas ke para siswa untuk bikin karangan tentang cita-cita. Nah uang yang dikumpulin Agus selama ini itu akan digunakannya untuk mencapai cita-citanya, yaitu makan di rumah makan Padang. Aku tau karena di akhir cerita, Agus ngebacain tulisannya di depan kelas :
Namaku Agus. Bapakku kerja di pabrik tahu. Ibuku seorang ibu rumah tangga yang pintar memasak tahu bacem. Semua orang tau, tahu bacem ibuku sangat enak. Pagi siang malam, kami makan tahu bacem. Tahu bacem lagi, tahu bacem lagi. Sampai akhirnya aku bercita-cita untuk bisa makan di restoran Padang. Cita-citaku memang tida seperti Mei yang ingin menjadi artis terkenal, atau seperti Jono yang ingin jadi tentara. Tapi aku tidak malu. Makan di rumah makan Padang adalah hal yang hebat bagiku. Orang yang makan disana, dilayani bak raja, lauknya banyak, piringnya banyak sampe mejanya penuh.
Pada akhirnya aku memang bisa makan di rumah makan Padang, tapi ternyata bukan itu yang aku cari. Apa gunanya hidup enak tapi sendiri, masih ada keluarga, masih ada teman-teman. Lalu aku sadar, cita-cita itu tidak untuk dinikmati sendiri, tapi untuk membahagiakan banyak orang. Aku juga sadar, kalau cita-cita itu bukan untuk sekedar ditulis, tapi harus diwujudkan..

The End.
--------------
Ceritanya sederhana, ga terlalu banyak konflik. Satu-satunya konflik yang aku tau cuma pas uangnya jatuh ke sumur. Tapi maknanya dalem, banyak hikmah yang dipetik dan menginspirasi. Aku jadi sadar bahwa ga semua orang bisa makan di rumah makan Padang, yang mungkin bagi kita makan di rumah makan Padang itu adalah hal biasa, hal yang sederhana, bisa dilakuin setiap hari kalo kita mau. Tapi bagi sebagian orang, contohnya seperti Agus, makan di rumah makan Padang adalah sebuah prestasi, sebuah cita-cita yang untuk mewujudkannya butuh perjuangan keras.
Mari bersyukur teman-teman :)
enamjuliduaributigabelas