Selasa, 08 Maret 2016

Memasak dan Menjahit

Memasak dan menjahit adalah dua keahlian yang sangat ingin aku miliki. Aku tidak bermimpi untuk menjadi seorang chef, karena aku memang tidak ingin. Tapi aku ingin keluargaku memakan hasil masakan yang kubuat dan menikmatinya. Saat ini, aku hanya ingin menjadi orang yang pintar memasak untuk keluarga, bukan untuk bisnis. Dan pilihan makanan yang sangat ingin aku masak dengan baik adalah makanan berat alias lauk pauk, bukan seperti kue atau cemilan. Makanan berat yang ingin aku  masak juga sebenarnya bukan makanan western seperti spaghetti atau aneka pasta lainnya, tapi aku ingin pintar memasak makanan tradisional khususnya dari Indonesia. Karena di Indonesia banyak makanan yang enak-enak hehe. Soto aja banyak banget rupa-rupanya. Ada soto Padang, soto Betawi, soto Bandung dll. Kalo pun mau masak makanan western, yang pengen aku masak paling hanya steak hehe.

Aku sendiri ga tau sih kenapa aku pengen pinter masak. Yaa sebenarnya gampang aja sih jawabannya, karena aku wanita hehehe. Fitrahnya wanita emang seneng masak kali ya dan aku merasa bakal jadi wanita seutuhnya kalo aku pinter masak. naonnn sihh hahaha ;p ibu aku sendiri sebenarnya bukan orang yang seneng masak. Malah, ibu jarang banget masak di rumah. Untuk makanan sehari-hari, kita lebih sering beli di luar. Biasanya sih beli masakan padang. Sampe di deket rumah ada RM. Padang gitu, diliat-liat mirip sama Irfan Bahdim (pemain bola yang waktu itu tenar banget, inget dong pasti?). akhirnya kita sebut tempat itu sebagai warung Irfan Bahdim. Nah di tempat Irfan Bahdim ini, kami paling sering beli lauk. Ibu emang jarang banget masak, tapi bukan berarti gabisa masak. Sekalinya masak, wuih enak. Masakan faroviteku buatan ibu adalah segala sesuatu yang di balado, misalnya ayam goreng balado, dendeng balado, apalagi udang balado. Enak bangett. Nasi goreng ibu juga enak. Pokoknya semuanya enak.

Itu buat masak. Kalo jahit, hmm kenapa yaa? Gatau deh, aku dari dulu  pengen  pinter jahit. Waktu SD, aku punya keinginan jadi guru. Terus siangnya jaga warung di rumah, sambil nunggu orang yang beli, aku juga sambil menjahit dan terima pesanan jahitan orang. Hehe. Sesederhana itu cita-cita yang aku punya. Sekarang meski cita-citaku tak lagi sama, tapi aku tetap ingin pintar menjahit. Bukan untuk menerima pesanan seperti yang aku bayangkan dulu, tapi untuk pemakaian sendiri. Apalagi kalo lagi ke mall, ngeliat baju yang modelnya simple tapi harganya ratusan ribu. Rasanya sayang banget, dan jadi tambah pengen buat bisa jahit. Meski kata orang harga baju 200rb sekarang itu udah murah, tapi ko yaa sejauh ini aku  ga pernah mau ya beli baju harga di atas 150rb haha. Bukannya pelit tapi mendingan duitnya dipake buat yang lebih penting daripada sekedar fashion kan? Hehe. Nah maka dari itu, aku sering kepikiran bisa jahit itu enak, selain bisa kreasi model suka-suka kita, juga karena harganya bakal jauh lebih murah dibandingkan beli di luar. Selain itu, mungkin ini karena ayahku bisa jahit. Waktu perpisahan kelas 6 sd, kami diharuskan untuk memakai rok bahan warna hitam. Nah ayahku yang jahit roknya hehe. Salah satu baju sekolah kakakku juga dijahit oleh ayah. Ayah ga pernah belajar jahit sebelumnya, apalagi sampe kursus. Tapi meskipun begitu, jahitan ayah rapi dan sama sekali ga malu buat makenya karena orang lain pada taunya itu beli jadi, bukan jahit sendiri hehe.


duapuluhlimafebruariduaribuenambelas

Thank you, Psychology

There are so much of people. There’s a kind one, bad one, honest one, lier one, smart one etc. every person has their own character. My eyes was opened about it when o started psychology as my major. Becoming a psychologist, give me a lot of new experience and also new knowledge that very interesting to be learned. I learned every person has a character and nobody has the same. Even twins, they grow in same family, but there always differences between them. For example : a twin named A and B. Both of them are extrovert. But, they are have a different extrovert and have different ways to show their extrovert. It’s very interesting, right? We always look people by their own side, their perspectives and their ways to look themselves.


By studying Psychology, I learned about people personality, about developmental age, developmental task, about how to be a better person, to be good my own self and behave. And now, I know what kind of problem that make me feel sad the most. I know my biggest problem in my life and I know how to solve it with my own way. And the most important, I know myself more than the other person know me. I know my strength and my weakness.
 
By studying psychology, I care about people and care about myself too, of course. I’m type of not care person. It doesn’t mean I’m selfish, but I tidak peduli with myself. I even didn’t know how myself is. I didn’t know what I like the most, what I want in this life. All about it, and I reallt didn’t care about that. Study psychology seems like I get a theraphy for my own self hahaha. And I’m sure it happens with many others students wkwkwk. We called it “berobat jalan” ;p

Well, I were to be thankful because I met this major which is suitable for me and appropriate with my passion. So I were enjoying during the class. Even there’re so many tasks, difficult lectures, heavy practicum, and many else, but if we love the major, we will look it as a challenge, not as a problem. 

The most thing I love psychology because there’s always a connections between psychology and Islam. Psychology teach us how to be a good listener, and Islam do the same. Pychology teach us how to built a good connection with our social, and Islam teach us the same. Psychology teach us how to appreciate our children and how to take care our children by their age.

All of what Islam teach us, is the same thing with theory of psychology and it happened since loooonggg time ago, before there is no theory of Psychology. So I can say, there is a connection between Alquran, Hadist and theory of Psychology. Maybe next time I can write another sample in this blog.










duapuluhlimafebruariduaribuenambelas