Rabu, 29 Juli 2015

Betulkah Dia Jodohku?

“Apakah hal terpenting yang harus dipersiapkan dalam melaksanakan pernikahan? Ada pasangannya.” – Febrianti
Hehehe. Short answer but that’s true. Jadi sebelum mikir jauh-jauh mempersiapkan pernikahan itu harus siap finansial, harus siap mahar, dan harus harus lainnya, yang sebetulnya paling penting adalah harus ada pasangannya. Kebayang kan kalau sudah siap segala macam, pelaminan didekorasi dengan apik, undangan disebar, penghulu datang, keluarga berkumpul, eh ternyata belum ada calon pasangannya. Hihihi.
Jadi, karena keberadaan calon pasangan itu penting dalam persiapan pernikahan, maka bagi siapapun yang berniat menikah harus mendapatkan calonnya terlebih dahulu. Of course on halal way :)
Kali ini saya akan membahas tentang meyakinkan diri kita siapakah jodoh kita. Bila sudah dipertemukan Allah pun, insyaAllah postingan kali ini bisa menguatkan keyakinan dari pertanyaan “Betulkah dia jodohku?” Siap-siap menyimak ya :)
As usual, based on my own experience.. 
#1 Pastikan Prosesnya Sesuai dengan Kehendak Allah
Sebab Allah dengan tegas melalui kitab suci Al Qur’an menyatakan bahwa tidak meridhoi khalwat antara insan manusia lawan jenis yang belum mahram, maka ikhtiarkan proses yang akan dilalui oleh kita itu tidak melalui pacaran. Kenapa? Ya karena sudah jelas orang-orang yang berpacaran akan ‘merasa’ halal menyatakan cinta dan sayang hingga melakukan sentuhan fisik. Allah dengan tegas tak izinkan hal tersebut. Bagaimana mungkin menginginkan pernikahan yang suci melalui cara yang Allah tak ridhoi. Memang ada pernikahan yang dilakukan melalui pacaran, tapi sungguh sayang. Upayakan syar’i keseluruhan agar ketika kata SAH membahana, segala hal yang dilakukan berdua adalah hal-hal pertama, sehingga mendebarkan dan jelas berkah :)
Jangan sampai niat menuju pernikahan suci tapi melalui jalan yang Allah tak ridhoi agar Allah tuntun diri dengan bimbingan-Nya yang tak semua pasangan bisa dapatkan bila melanggar perintah-Nya. Saya percaya jodoh itu rahasia Allah. Dan kebenaran dari rahasia itu bisa kita jemput. Caranya? Melalui ketaatan kita pada-Nya. Dengan menunjukkan pada Allah bahwa kita pantas disandingkan dengan pilihan terbaik dari-Nya. Buatlah Allah yakin untuk hantarkan jodohmu melalui pemantasan dirimu di hadapan-Nya. Merinding nih ngetiknyaaa.. :D
#2 Gunakan Indikator Allah
Untuk para muslimah.. bila kelak ada lelaki menghampirimu dengan niat memuliakanmu dalam proses yang syar’i, pastikan kamu memilihnya menggunakan indikator Allah, yaitu agama dan akhlaknya terlebih dahulu. Barulah kemudian hal-hal seperti latar belakang keluarga, keturunan, kecakapan finansial, dll. Jangan terbalik. Sebab bila nafsu sudah merajai, bisa berbahaya pernikahan nanti. Kan pernikahan itu bukan perjalanan setahun dua tahun, tapi seumur hidup. Bila indikator pemilihannya menggunakan kacamata dunia, siap-siap kelak menyesal sebab dunia ini jelas fana. Beda dengan yang indikatornya menggunakan kacamata Allah, dimana kedepannya nanti akan Allah terus bimbing dan tuntun meski mungkin ada jatuh dan terluka. Allah pegangannya.
Pada umumnya, para muslimah seperti kita ini ya bersabar menanti, sampai tiba saatnya calon pangeran Surga menghampiri. Nah meskipun kesannya kita ini tinggal nunggu dan nanti tinggal milih, bukan berarti kita bersantai-santai. Sebab sebelum kita memilih, kita lah yang dipilih terlebih dahulu oleh lelaki. Jadi mindset-nya adalah karena kita ini dipilih terlebih dahulu, maka pantaskan diri kita untuk dipilih oleh lelaki yang high quality, di mata Allah tentunya. Barulah kemudian giliran kita menentukan terima lanjut berproses atau tolak hentikan proses. Kebayang kan kalau banyak lelaki melamar tapi semuanya tidak memenuhi indikator Allah, bingung lah kita dibuatnya. Milih nggak mau, nolak takut nggak kebagian. Hehe. Ekstrim ya. Makanya, meskipun kita perempuan, kita harus senantiasa meningkatkan kapasitas diri kita agar pantas diimami oleh lelaki shalih pemberani yang biasa saya sebut Pangeran Surga :)
 #3 Melakukan Analisa Kemantapan Hati
Apabila proses yang dilalui sudah dipastikan syar’i yaitu melalui ta’aruf, melibatkan perantara (murabbi), maka langkah selanjutnya adalah menganalisa kemantapan hati kita, benarkah dia jodoh yang Allah pilihkan dan hantarkan untuk kita. Sebab pada tahap ini indikatornya pure hati dan perasaan. Tidak bisa dimanipulasi oleh apapun. Kemantapan hati itu mengalir sendiri. Tak bisa direka-reka, apalagi dipaksa. Dalam hal ini saya tidak akan menjabarkan bagaimana cara pertemuan dengan calon pasangan ya, sebab itu semua rahasia Allah. Dan masing-masing orang itu beda-beda cara pertemuannya. Intinya tetap harus melalui proses yang Allah ridhoi.
Saat berproses, lakukan shalat istikharah. Pasrahkan segalanya pada Allah. Bawa perasaan yang netral. Sebab bila hati sudah condong pada satu keinginan, maka doa menjadi tidak bersih. Berkomunikasilah pada Allah dengan hati yang ikhlas. Katakan dengan lapang, “Ya Allah bila dia betul jodohku, maka dekatkanlah. Tapi bila ternyata dia bukan jodohku, maka jauhkanlah.” Penyampaian doa seperti ini akan mudah bagi yang rasa hatinya masih netral. Tapi bagi yang sudah ada rasa suka sebelum halal, ya jelas berat. Biasanya doanya jadi termodifikasi, “Ya Allah, bila dia betul jodohku, maka dekatkanlah. Tapi bila ternyata dia bukan jodohku, maka.. yaaah.. Engkau Maha Pengasih kan ya Rabb.. jodohkanlah please..” Hehehe..
Bukan apa-apa. Bila hati kita sudah condong ingin memiliki padahal Allah belum berikan kemantapan, kelak bila ternyata dia bukan jodohmu, maka kemungkinan terluka hati besar sekali. Nggak mau kan sakit hati (lagi)? Yuk kita istiqomah, bersabar dalam penantian suci atas nama Allah.
Lalu bagaimana bila hati sudah condong ingin memiliki? Ya sebetulnya manusiawi, perasaan itu fitrah, nggak bisa ditahan-tahan. Jujur saya pun pernah begitu. Dalam proses syar’i yang saya jalani, beberapa kali saya merasakan ada fitrah rasa suka menelusup halus tanpa disadari yang muncul dari berbagai kekaguman terhadap calon pasangan saya saat ini. Lalu apa yang kemudian saya lakukan? Saya MENETRALISIR PERASAAN. Caranya? Saya menahan diri saya untuk tidak kepo akan aktivitas-aktivitas calon pasangan saya yang biasa beliau publish melalui sosial media. Dan apabila kami harus bertemu sebab keluarga dari saya atau dia ingin pergi bersama, maka sebisa mungkin saya dan dia tidak melakukan interaksi kalau tidak dalam kondisi urgent atau sangat penting. Seperti saat beberapa hari yang lalu mama beliau mengajak saya makan malam bersama, juga dengan adik beliau, maka saya duduk di sisi yang tidak berdekatan dengan beliau, kami juga membatasi pandangan satu sama lain, dan komunikasi saya dengan beliau saat itu hanya pada saat beliau menyerahkan bungkusan makanan untuk saya bawa pulang. Itupun hanya, “Ini buat di rumah..” sambil beliau menyodorkan bungkusan makanan, kemudian saya jawab “Oh iya, makasih..” sambil mengambil bungkusan makanan tersebut. Sudah, segitu aja komunikasinya. Tidak lebih. Aneh? Ya memang. Apalagi yang belum familiar dengan ta’aruf seperti kami. Tapi sungguh seru menjalankannya. Saya merasa bahagia luar biasa melakukan proses yang setiap langkahnya selalu menghadirkan Allah dan bila hendak melanggar, takut pada Allah. Alhamdulillah.
Kembali tentang menganalisa kemantapan hati. Bila shalat istikharah sudah dilakukan, maka tunggulah jawaban Allah. Beberapa memang ada yang disampaikan melalui mimpi. Tapi beberapa tidak. Bila terus menunggu mimpi yang tak kunjung datang, bisa jadi memang jawaban tersebut bukan melalui mimpi. Lalu darimana? Hehe.. coba cek hatimu. Biasanya hati akan mendesak jujur bahwa ia yakin atau tidak pada calon pasangan tersebut. Tapi bedakan ya antara mantap sebab Allah yang memantapkan, dengan mantap sebab nafsu. Bisa kok, rasakan saja.
Saya pun saat berproses awal-awal dengan calon pasangan saya ini, saya melakukan shalat istikharah. Dan alhamdulillah Allah dengan segera berikan kemantapan. Sulit kalau harus dijabarkan dengan kata, tapi saya jelas merasakannya. Indah sebab Allah yang hantarkan rasanya, bukan karena kitanya yang kelilipan cinta sehingga pandangan hati tidak jernih. Benar-benar tidak ada keraguan sedikit pun. Saya yakin, insyaAllah.
#4 Perhatikan Saat Semua Dimudahkan
Hambatan itu pasti ada. Namanya juga hidup. Kalau sudah tidak dihambat, ya berarti sudah dipanggil ‘pulang’ oleh Allah. Jadi mau pilih mana? Diberikan hambatan dalam hidup atau Allah segerakan ‘pulang’ menghadap-Nya? Hehe, ya jelas mending diberikan hambatan hidup sembari dituntun oleh-Nya untuk diberikan kemampuan dalam melewatinya. Betul? Betuuuul :D
Begitu pun dalam proses syar’i dalam menuju pernikahan ini. Meskipun ada beberapa hambatan dalam perjalanannya, tapi coba perhatikan dengan seksama, bila mayoritas prosesnya dimudahkan, maka komplitlah sudah. InsyaAllah, atas izin Allah, maka dialah jodoh yang Allah hantarkan pada kita. Dan sebab nama jodoh kita sudah tertulis di Lauhul Mahfuz, jelas kita hanya bisa ikhtiar. Yang penting ikhtiarnya di jalan yang Allah suka, cukup. Zonanya manusia memang hanya berikhtiar semaksimal yang kita bisa, sedangkan zona hasil adalah urusan Allah, suka-suka Allah.
Alhamdulillah saya pun merasakan segala proses yang sedang saya jalankan dengan calon pasangan saya sekarang ini sangat dimudahkan oleh Allah. Pertama dimulai dari pertemuan kami di twitterland, kemudian langsung dimediasi oleh orang yang memang memiliki kapasitas untuk memediasi proses menuju nikah yang syar’i, lalu dari pertemuan pertama ke pertemuan kedua yang berselang hanya beberapa hari itu saya mendapatkan kemantapan hati, dan tak perlu berlama-lama, beliau melangkahkan kaki menemui kedua orang tua saya untuk menyampaikan niat mulianya. Yang ajaib adalah papa saya yang terkenal galak itu pada saat bertemu dengan calon pasangan saya tiba-tiba berubah. Papa menjadi bijaksana dan syukur alhamdulillah dengan mudahnya izin menikah mengalir mulus. Jadi dari pertemuan pertama kami di twitter sampai dengan beliau menyampaikan maksud pada orangtua saya itu total hanya 3 minggu. Dan kami tidak berkomunikasi sama sekali di luar sepengetahuan murabbi. Bila terpaksa harus komunikasi via twitter pun, kami pasti men-Cc pada akun murabbi sehingga komunikasi kami selalu terpantau. Betapa luar biasa memperhatikan kemudahan-kemudahan proses kami ini.
Saat ini proses yang saya jalani sedang menuju ke pertemuan antar kedua belah pihak keluarga. Meskipun ada beberapa hambatan kecil, tapi hati saya tetap yakin. Tentu saja bukan sebab nafsu, melainkan sebab Allah yang meyakinkan. Namanya kehidupan, wajar ada hambatan. Justru seru. Saya yakin kelak ini akan menjadi kisah pengiring jejak langkah manis nostalgia kami bertahun-tahun ke depan bila direstui melangsungkan pernikahan, insyaAllah. Mohon doanya ya agar ikhtiar nikah dalam proses syar’i kami ini berkah dan senantiasa diridhoi Allah.
Saya doakan juga untuk siapapun yang sedang mencari atau bahkan sudah berproses, semoga tetap syar’i hingga tiba saat datangnya hari suci yang dinanti. Barakallah :)
“Jodoh itu seperti rezeki. Ianya dijemput, bukan ditunggui. Maka jemputlah dalam jalan yang syar’i, maka Allah akan ridhoi.” – Febrianti
By. Febrianti Almeera
duapuluhsembilanjuliduaribulimabelas