Sabtu, 15 April 2017

Bijak dalam Memilih

Sedih sekali dengan keadaan saat ini dan tidak tahu harus berbuat apa. Aku hanya berharap semoga tulisan ini bisa menjadi perantara atas datangnya hidayah Allah untuk kita semua. Aamiin.

Saudaraku,
Tidakkah perintah Allah cukup untuk meyakinkanmu bahwa tidak boleh memilih pemimpin dari kalangan selain Muslim? Jika firman Allah saja engkau abaikan, apalagi yang bisa meyakinkanmu? Saudaraku, larangan tsb dalam Alquran tidak hanya disebutkan satu kali dan tidak hanya ada di satu surat. Mungkin yang kebanyakan kita dengar ada di QS. Al-Maidah : 51, tapi ternyata ada di banyak sekali surat, diantaranya QS. Ali-Imran : 28 dan QS. An-Nisa : 144. Sebegitu pentingnya urusan ini hingga Allah peringatkan kita berkali-kali.

Kenapa harus pilih pemimpin Non Muslim jika masih ada pemimpin dari kalangan Muslim?
Apakah karena dia hebat?
Sehebat apapun dia tapi kalau bukan muslim, maka seharusnya dia bukanlah pilihan kita, karena larangan itu datangnya bukan dari manusia tapi jelas dari Allah.

Apalagi yang akan engkau pilih adalah orang yang telah menistakan agama kita. Tapi sayangnya kita ummat Muslim yang agamanya jelas-jelas sedang dihina, dengan entengnya mengatakan bahwa itu bukan sebuah penistaan. Darimana datangnya itu bukan penistaan? Padahal jika keadaan berbalik, jika ulama kita melakukan hal yang Ia lakukan kemarin, pastilah sudah ditangkap.

Saudaraku,
Mungkin engkau tetap memilihnya karena berpikir bahwa Jakarta bukan hanya milik muslim, meski engkau pun mengaku beragama Islam. Atas nama toleransi dan menghargai keberagaman, engkau tetap memilihnya.

Padahal..
Toleransi dalam Islam jelas sudah diatur dalam Alquran surah Al-Kaafirun :
"Bagiku agamaku dan bagimu agamamu"
Ini adalah toleransi terhebat yang telah diatur Islam. Tidak ada paksaan dalam beragama dan tidak ada hinaan dalam beragama satu dengan yang lain. Lantas, ketika orang menghina agama kita, lalu siapa yang sebenarnya tidak toleransi? Kita atau dia? Dia, kan? Tapi kenapa malah kita yang dihina, dan dia dibela? Bahkan dibela oleh sebagian dari kita, yang jelas-jelas agamanya sudah dihina olehnya?

Sedih rasanya melihat keadaan Islam saat ini yang dibilang radikal, fanatik, tidak toleransi terhadap perbedaan. Apa iya? Dan anehnya, pemikiran semacam ini tidak hanya keluar dari mulut orang-orang di luar Islam, tapi juga dari orang Islam itu sendiri. Di saat ada orang-orang yang berjuang menyelamatkan agama, sebagian lain dengan agama yang sama mematahkannya. Bukannya membantu malah balik menghina. Jika kita tidak bisa membantu apa-apa, tolong doakan mereka yang sedang berjuang. Jika tidak mau mendoakan, minimal diam dan jangan menghina. Karena mereka berjuang untuk kita juga.

Sedih kalo denger ada temen sesama Muslim yang anti Islam karena dianggap radikal. Karena merasa punya teman dari berbagai kalangan terus takut dianggap radikal, takut dianggap fanatik, takut dianggap kurang toleransi sama perbedaan, akhirnya sadar atau tidak bergerak ke arah liberal. Waah sayang banget. Iman dan Islam dari lahir adalah harta berharga yang tidak dimiliki semua orang, susah payah para muallaf mendapatkan hidayah tsb, eh kita yang dapet nikmat luar biasa ini dari lahir ko malah mencari berbagai pembenaran untuk tidak menjalankan Islam secara utuh.

Mungkin, engkau masih memilihnya karena menurutmu Ia hebat bisa mengubah Jakarta menjadi lebih baik. Tunggu, sehebat apa dia sampai engkau rela mengabaikan perintah Allah?

Mungkin engkau bilang, "Dia udah kelihatan kerjanya, bagus! Dibanding yang satunya lagi, cuma bicara rencana, belum ada buktinya!"

Apakah itu yang dinamakan hebat? Menurutku bukan hebat, tapi Ia hanya telah diberikan kesempatan lebih awal untuk bekerja melanjutkan program yang sudah ada, dan yang namanya orang udah punya kesempatan lebih dulu, ga mungkin dong dia ga kerja sama sekali. Sehingga apa yang sudah dikerjakan, meski sedikit, disampaikanlah di debat pilkada. Kemudian hal itu membuat kalian yakin bahwa dia sudah bekerja, sudah tidak lagi berencana.

Saudaraku, siapapun yang telah mendapatkan kesempatan pasti pernah bekerja, sekecil apapun itu karena ia memang mempunyai ruang. Jadi ketika ada yang bilang Ia lebih keliatan kerjanya, ya betul. Karena Ia memang sudah lebih dulu bekerja di posisi itu, sudah mempunyai kesempatan. Dan saudara kita memang belum terlihat karena memang beliau belum mendapatkan kesempatan itu.

Jika mereka berdua sama-sama belum punya kesempatan sebelumnya, tentu mereka sama-sama belum pernah terlihat bekerja dan tentu saja mereka berdua sama-sama akan bicara rencana.

Lantas mengapa engkau masih memilihnya, saudaraku?
Mungkin engkau berpikir urusan pilihan adalah hakmu, dan perihal engkau mengabaikan larangan Allah adalah urusanmu dan Allah. Mungkin engkau geram, kenapa aku harus sibuk turut campur dalam urusan pribadimu dan Allah. Jika engkau berpikir demikian, aku tidak tahu lagi bagaimana menjawabnya. Aku akui, itu adalah urusanmu dan Allah, tapi kewajibanku adalah mengingatkan. Dan jika engkau berpikir demikian, maka setidaknya berpikirlah panjang.

Banyak yang tidak peduli siapapun pemimpin yang terpilih, toh hidup kita akan berjalan begini-begini aja. Sungguh pemikiran ini keliru. Ini bukan sebatas menentukan nasib saat ini hingga 5 tahun mendatang. Tidak sesederhana itu. Pikirkanlah, apa yang akan terjadi dengan agama kita dan dengan Indonesia kita jika pilihan yang kita ambil saat ini keliru.

Ini bukan lagi soal Jakarta, bukan lagi soal agama, tapi ini soal Indonesia, tempat dimana engkau lahir dan tumbuh besar, tempat dimana engkau dan keluargamu mencari nafkah, tempat dimana anak dan cucumu akan hidup puluhan tahun mendatang.

Buka mata, hati dan telinga. Setiap kali kita keliru melangkah, pasti kita pernah sedikit saja merasa ragu. Jika keraguan itu muncul, jangan pernah abaikan karena itu adalah cara Allah mengetuk hatimu. Jangan pernah ditampik, jangan pernah cari pembenaran, karena hidayah Allah mungkin saja tidak datang 2 kali.

Janji Allah itu pasti dan selalu benar, sedang janji manusia bisa berubah dalam hitungan detik. Tidak ada tempat bergantung selain Allah.

Mudah-mudahan Allah senantiasa menggerakkan hati kita agar kita tidak salah dalam memilih, tidak keliru dalam melangkah.
Aamiin Allahumma Aamiin.

empataprilduaributujuhbelas