Senin, 06 Juni 2016

Selamat Jalan, Fathia

Kematian memang tidak memandang usia. Waktu awal kuliah, aku pernah kehilangan seorang teman SMA. Dia meninggal sekitar 2 hari setelah aku berbicara dengannya lewat telpon.

Tidak pernah ada yang tau seberapa lama kita hidup di dunia ini, berapa lama usia yg Allah kasih untuk kita. Kita baru menyadarinya ketika ada kerabat yang meninggal dan beberapa hari yang lalu, kabar mengejutkan datang dari seorang teman seperjuangan semasa kuliah. Fathriani Amalia, atau yang biasa kami panggil Fa, telah wafat. Kaget, sedih, ga percaya. Tidak pernah ada kabar dia sakit atau punya penyakit tertentu. Semua campur aduk. Dengkul aku mendadak lemas, saat tau berita itu bukan hoax.

Fa adalah teman yang baik. Aku mengenalnya sebagai anak perantauan yang datang dari provinsi Riau. Tubuhnya tinggi, besar, terlihat kuat. Suaranya khas, apalagi suaranya tertawa atau suaranya saat memanggil nama aku atau teman lainnya. Anaknya cuek, ga ribet. Dia bukan teman dekatku saat kuliah, tapi aku kenal dia cukup baik.

Saat skripsi, kami mengambil tema yang sama dengan subjek yang berbeda. Dia mendapat nilai A untuk skripsinya, sedangkan aku dapat nilai B. Jadi ketika revisi skripsi, aku banyak diskusi dengannya, meminta masukan, ide atau saran darinya.

Dia ngekos di daerah antapani, ga jauh dari rumahku. Aku sempat bingung, kenapa dia sampe ngekos jauh dari kampus, kenapa ga cari kosan dekat kampus? Dan sampe saat ini, aku ga pernah tau jawabannya. Aku sempat main ke kosan nya, satu atau dua kali. Saat masuk kamarnya, aku kaget. Ternyata, dia orangnya rapi juga, di balik penampilannya yang cenderung cuek, tapi kesannya tertata rapi, dan dia rajin bikin prakarya. Oh ya, dia pecinta binatang. Setahuku, dia punya peliharaan kelinci, hamster dan yang paling fenomenal adalah burung hantu.

Aku pernah beli 2 ekor hamster di gasibu sama deffi. Hamster itu kami letakkan di kosan deffi. Tapi karena berbagai pertimbangan, kami memutuskan untuk berhenti memelihara hamster itu. Mau dipindah ke rumahku,  ga mungkin. Karena ibu ga akan suka. Jadi aku tawarkan hamster itu ke Fa. Dia mau, dengan syarat aku sediakan makanan dan serbuk kayu di awal. Jadi aku dan deffi berikan hamster yang kami beri nama Popo dan Chanchan itu kepada Fa. Kami antarkan langsung ke kosannya dengan berbagai pesan panjang, agar dia merawat PoChan dengan baik. Itu terakhir kali aku bertemu dengannya.

Tidak lama setelah itu, Fa menghubungiku. Dia bilang, PoChan hilang saat dia pindahan kosan. Aku sedih, sempet kesel juga. Kenapa PoChan bisa hilang :(

Beberapa bulan setelah itu, dia pulang ke Riau dan bekerja di sekolah luar biasa. Kami bertukar cerita lewat chat fb dan itu menjadi perbincangan terakhirku dengannya.
Selamat jalan Fathia. Semoga amal ibadahmu diterima Allah, menjadi penerang di dalam kubur, dan semoga Allah memberikan tempat terbaik untukmu. Selamat jalan teman :')

duapuluhempatmeiduaribuenambelas